Sahabat
tadriib, bahasa Arab adalah bahasa tua yang ada di dunia ini. Bahasa ini
memiliki kekayaan bahasa tersendiri dibandingkan dengan bahasa lainnya.
Sebagaimana bahasa lain, bahasa Arab pun memiliki kaidah tata bahasa. Oleh
karenanya, bagai sahabat tadriib yang hendak mengenal dan menguasai bahasa Arab
harus memperhatikan ilmu tata bahasa Arab ini dengan baik dan runtut. Hal itu
agar memiliki pemahaman yang tepat dan komprehensif.
Demikian
juga, dalam pembelajaran dalam media ‘TADRIIB’ ini, kami juga mengusahakan agar
dalam pembahasannya, khususnya kaidah itu bisa runtut. Ikutilah pembahasan demi
pembahasan dengan baik.
A.
Pengantar Awal Ilmu Tata Bahasa
Sengaja TADRIIB mengenalkan pembahasa ini di awal agar sahabat semua memiliki
pemahaman yang utuh terhadapnya sebelum masuk dalam pembahasan.
Jika dalam
bahasa Indonesia ada ilmu tata bahasa; dalam bahasa Inggris kita mendapati ilmu
grammar, maka dalam bahasa Arab juga ada ilmu nahwu dan ilmu sharaf. Bahkan
dalam bahasa Arab, ilmu tata bahasanya sangat kompleks. Ilmu nahwu, ilmu
sharaf, ilmu balaghah, dan lain sebagainya. Namun ilmu yang paling menonjol
dalam tata bahasa adalah ilmu nahwu dan ilmu sharaf. Adapun ilmu balaghah itu
adalah ilmu sastra yang tentunya dipelajari dalam taraf edvance.
Ilmu nahwu
secara mudahnya adalah ilmu yang menentukan huruf terakhir dari kata tersebut
sesuai dengan kedudukannya dalam kalimat. Apakah harus dibaca madrasatun,
madrasatan, atau madrasatin. Seseorang harus bisa menentukan itu
dengan jelas, mengingat ketika seseorang membacanya dengan berbeda, maka makna
yang dihasilkan pun akan berbeda.
Adapun ilmu
sharaf adalah ilmu yang khusus pada perubahan-perubahan kata. Jika dalam bahasa
Indonesia, kita bisa mendapati satu kata bisa dirubah ke beberapa kata, seperti
masak, memasak, dimasak, dimasakkan, termasak.
Maka demikian juga dalam bahasa Arab. Bahkan dalam bahasa Arab, kompleksitas
perubahan kata sangatlah banyak. Oleh karenanya, penguasaan ilmu sharaf ini
sangat urgen.
B.
Mengenal Kata dan Kalimat
Setelah
sahabat tadriib memahami pengantar di atas, maka pasti sudah tidak sabar lagi
untuk mengetahui tentang kaidah bahasa Arab ini. Maka, mari kita memasuki
pembahasan awal dalam kaidah bahasa Arab ini. Pembahasa awal itu adalah
mengenal kata dan kalimat dalam bahasa Arab. Pembahasan ini sangat penting agar
bisa memahami pembahasan-pembahasan selanjutnya.
Hal yang
sering salah dipahami oleh orang yang belajar bahasa Arab, khususnya ketika mempelajari ilmu nahwu
adalah istilah kata dan kalimat. Perlu diketahui, kata dalam bahasa Arab adalah
kalimah, sedangkan kalimat dalam bahasa Arab adalah jumlah.
Perhatikan bagan berikut ini.
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
|
Kata
|
------à
|
كَلِمَةٌ (kalimah)
|
Kalimat
|
------à
|
جُمْلَةٌ (jumlah)
|
Selanjutnya,
dalam menyusun kata demi kata dalam bahasa Arab agar bisa dipahami harus sudah
menjadi kalimat yang sempurna. Susunan kata tidak bisa dipahami dengan baik,
jika belum menjadi kalimat yang sempurna. Kalimat yang sempurna dalam bahasa
Arab biasa disebut dengan jumlah mufidah atau kalam. Susunan kata
dalam membentuk jumlah mufidah bisa terdiri atas dua kata atau lebih.
Contoh jumlah
mufidah:
Masjid itu besar
|
الْمَسْجِدُ كَبِيْرٌ
|
Hasan membaca al-Qur’an
|
قَرَأَ حَسَنٌ الْقُرْآنَ
|
Duduklah..!
|
اِجْلِسْ
|
Contoh bukan jumlah
mufidah:
Masjid itu besar
|
الْمَسْجِدُ الْكَبِيْرُ
|
Membaca
|
قَرَأَ
|
Perhatikanlah
contoh-contoh di atas. Contoh yang berada di atas menunjukkan kalimat yang
sempurna karena seorang pembaca telah memahami kalimat tersebut. Berbeda kita
dapati pada contoh yang di bawah, pembaca belum memahami dengan baik kalimat
tersebut. Contohnya adalah kalimat ‘masjid yang besar’. Kalimat ini belum sempurna, karena belum bisa dipahami dengan utuh. Demikian juga, kata
‘membaca’. Hal itu karena masih ada yang belum dipahami, misal ‘apa yang dibaca, siapa
yang membaca dan lainnya.
Kemudian, mari kita lihat kata ijlis (duduklah). Kata ini walau hanya terdiri dari satu kata, namun bisa dipahami dengan mudah. Artinya, kita diminta untuk duduk. Hal itu karena pada kata ini ada satu kata yang tersimpan, yaitu ijlis anta (duduklah kamu).
Kemudian, mari kita lihat kata ijlis (duduklah). Kata ini walau hanya terdiri dari satu kata, namun bisa dipahami dengan mudah. Artinya, kita diminta untuk duduk. Hal itu karena pada kata ini ada satu kata yang tersimpan, yaitu ijlis anta (duduklah kamu).
Jadi jumlah
mufidah adalah kalimat yang terdiri atas dua kata atau lebih yang bisa
dipahami dengan baik. Jumlah mufidah bisa terdiri atas mubtada’
dan khabar; fi’il dan fa’il. Untuk pembahasan mubtada’,
khabar, fi’il, dan fa’il bisa dipahami pada
pembahasan-pembahasan selanjutnya. (Silahkan lanjut ke Membentuk Kalimat Sempurna)
Thanks for reading & sharing TADRIIB
Penjelasan yg sgt jelas.. Trmksh
ReplyDelete